Metodologi pendidikan Islam dapat dicapai dengan baik kalau dalam penyajiannya diutamakan pemecahan, wawasan, inisiatif serta kerjasama dengan mengembangkan kretivitas. Untuk menerapkan suatu metode, seoran guru akan beragama jenis dan fungsinya. Selain itu harus dilihat niliai efisiensi metode yang bersangkutan dan juga perlu dijaga agar tidak bertentangan denga ntujuan yang telah dirumsukan.
Lebih khusus pendidikan Islam juga dirumuskan sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia baik sbagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial secara bertahap sesuai dengan tingkah laku pertumbuhan dan perkembangannya, jenis kelamin, bakat, tingkat kecerdasan serta potensi spiritual yang dimiliki masing-masing secara maksimal. Dalam pengertian ini memuat pentahapan dan metode sesuai dengan sasaran subyek didik. Termasuk dalam sasaran pendidikan di sini adalah pendidikan di dalam keluarga, yang dilakukan oleh dan untuk anggota keluarga.
Dalam keluarga, orang tua sebagai pendidikan pertama dan utama berkewajiban memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa orang tua di samping berkewajiban memberikan bimbingan, pengarahan, pembinaan dan pembentukan kepribadian, juga berkewajiban memberikan bekal pengetahuan kepada anak.
Jadi, pendidikan keluarga dapat diartikan sebagai usaha dan upaya orang tua dalam memberikan bimbingan, pengarahan, pembinaan dan pembentukan kepribadian, serta pemberian bekal pengetahuan kepada anak.
Keluarga merupakan institusi pertama dan utama bagi naka, karena akan untuk pertama kalinya mengenal pendidikan di dalam keluarga, sebelum mengenal masyarakat yang lebih luas. Menurut Hasan di dalam keluarga itulah berkembang individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap awal proses pemasyarakatan dan mellaui interaksi dengannya ia memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai, emosi dan sikapnya dalam hidup dan dengan itu ia memperoleh ketentraman dan ketenangan.
Menurut Quraish berpendapat bahwa keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar. Dari sana mereka mempelajari sifat-sfiat mulia seperti kesetiaan, rahmat dan kasih sayang dan sebagainya. Suasana belajar yang demikian dilakukan oleh orang tua bersama anggota keluarga lainnya. Karena setiap orang belajar tentang berkeluarga adalah pengalamannya mengamati dan meniru prilaku orang tua di samping dari nasehat yang diberikannya. Dalam hal ini keluarga sebagai pusat penerusan nilai.
Keluarga sebagai peletak pondasi untuk pendiidkan selanjutnya. Pendidikan yang diterima anak adalah keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Pendidikan dalam keluarga dipandang sebagai pendidikan pertama dan utama karena peranannya yang begitu besar sebagai peletak pondasi pengembangan-pengembangan berikutnya. Pendidikan yang diberikan orang tua keapda anak mempunyai peran yang sangat besar sekali bagi kehidupan dan masa depan anak. Karena pada dasarnya pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Hal ini mengingat bahwa pada hakikatnya manusia diciptakan Allah berdasarkan fitrahnya.
Keluarga merupakan juga sebagai tempat implementasi pendidikan seumur hidup. Dalam al Qur’an secara eksplisit telah dijelaskan bahwan konsep pendidikan seumur hidup seperti yang digambarkan dalam surat ali imran [3]:79 yang menggambarkan bawha selain pendidikan al qur’an itu bersifat rabbaniy, orang yang melaksanakan pendidikan pun disebut robbaniy pula yang oleh Al quran dijelaskan cirinya antara lain mengajarkan kitab allah, baik yang tertulis atau pun yang tidak tertulis serta mempelajarinya secara terus menerus.
Jangkauan yang harus dipelajari, yang demikian luas dan menyeluruh itu, tidak dapat diraih dengan mudah oleh seseorang. Namun ia harus berusaha semaksimal mungkinuntuk mendapatkan apa yangmampu meraihnya. Karenaya ia dituntut untuk terus menerus belajar. Selanjutnya berkaitan dengan konsep pendidikan seumur hidup dalam perspektif Al Qur’an barangkali dapat dilihat dari beberapa ayat yang menyatakan tentang fase perkembangan anak. Hal ni diperkuat oleh pendapat Having sebagai mana yang dikutif oleh Made pridata 1999:189, yang menyatakan bahwa tugas perkembangan pada dasarnya dipersiapkan untuk pendidikan seumur hidup. Tugas-tugas perkembangan itu meliputi tugas perkembangan masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua. Tugas perkembangan itu harus dijalankan atau diselesaikan setiap individu sepanjang hidupnya.
Konsep pendidikan seumur hidup ini juga dijelaskan oleh hadis. Hadis ini sejalan dengan konsepsi Al quran tentang keharus menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan sepanjang hayat. Ungkatan tersebut sekaligus menunjukkan bawha ide yang terdapat dalam khazanah pemikiran Islam itu mendahului life long education yang dipopulerkan oleh Paul dalam bukunya introduction to life long education. Pendidikan seumur hidup yang dikemukakan ini ternyata tiak hanya terlaksana melalui jalur-jalur formal, tetapi juga informal dan non formal, atau dengan kata lain pendidikan yang berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Keluarga sebagai isntitusi pendidikan pertama bagi anak, dengan orang tua sebagai pendidik utama dan pertama yang bertanggung jawab tehraap pendidikan anaknya yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat. Deng akata lain tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anakn-anaknya tidak hanya sampai anak mencapai usia kedewasaan. Tanggung jawab keluarga teradap pendidikan tidak akan pernah lemas sama sekali walaupun tanggung jawab keluarga terhdap pendidikan anak berangsur-angsur mengecil setelah anak mencapai kematangan dan kedewasaan.
Berdasarkan konsep al qur’an di atas, dalam pendidikan seumur hidup, keluarga harus dapat memperhatikan aspek perkembangan anak terutama masa kanak-kanak. Hal ini mengingat karena masa kanak-kanak merupakan masa terpenting bagi pendidikan anak yang berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya. Karena apa yang ditanamkan pada masa ini akan sanat membekas pada diri anak. Sehingga tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya. Dengan kata lain apa yang
diberikan pada masa kanak-kanak ini, maka itulah yang akan terlihat pada diri anak ketika dewasa nanti.
Anda membutuhkan makalah tentang hal di atas? Emailkan saja ke alamat bilaramadani@gmail.com
e-one 09/ Feb-08 “ Kajian Islam”
Ada memiliki masalah dengan tugas anda?