Sabtu, 23 Februari 2008

METODE PENDIDIKAN DALAM ISLAM

Metodologi pendidikan Islam dapat dicapai dengan baik kalau dalam penyajiannya diutamakan pemecahan, wawasan, inisiatif serta kerjasama dengan mengembangkan kretivitas. Untuk menerapkan suatu metode, seoran guru akan beragama jenis dan fungsinya. Selain itu harus dilihat niliai efisiensi metode yang bersangkutan dan juga perlu dijaga agar tidak bertentangan denga ntujuan yang telah dirumsukan.
Lebih khusus pendidikan Islam juga dirumuskan sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia baik sbagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial secara bertahap sesuai dengan tingkah laku pertumbuhan dan perkembangannya, jenis kelamin, bakat, tingkat kecerdasan serta potensi spiritual yang dimiliki masing-masing secara maksimal. Dalam pengertian ini memuat pentahapan dan metode sesuai dengan sasaran subyek didik. Termasuk dalam sasaran pendidikan di sini adalah pendidikan di dalam keluarga, yang dilakukan oleh dan untuk anggota keluarga.
Dalam keluarga, orang tua sebagai pendidikan pertama dan utama berkewajiban memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa orang tua di samping berkewajiban memberikan bimbingan, pengarahan, pembinaan dan pembentukan kepribadian, juga berkewajiban memberikan bekal pengetahuan kepada anak.
Jadi, pendidikan keluarga dapat diartikan sebagai usaha dan upaya orang tua dalam memberikan bimbingan, pengarahan, pembinaan dan pembentukan kepribadian, serta pemberian bekal pengetahuan kepada anak.
Keluarga merupakan institusi pertama dan utama bagi naka, karena akan untuk pertama kalinya mengenal pendidikan di dalam keluarga, sebelum mengenal masyarakat yang lebih luas. Menurut Hasan di dalam keluarga itulah berkembang individu dan disitulah terbentuknya tahap-tahap awal proses pemasyarakatan dan mellaui interaksi dengannya ia memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai, emosi dan sikapnya dalam hidup dan dengan itu ia memperoleh ketentraman dan ketenangan.
Menurut Quraish berpendapat bahwa keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar. Dari sana mereka mempelajari sifat-sfiat mulia seperti kesetiaan, rahmat dan kasih sayang dan sebagainya. Suasana belajar yang demikian dilakukan oleh orang tua bersama anggota keluarga lainnya. Karena setiap orang belajar tentang berkeluarga adalah pengalamannya mengamati dan meniru prilaku orang tua di samping dari nasehat yang diberikannya. Dalam hal ini keluarga sebagai pusat penerusan nilai.
Keluarga sebagai peletak pondasi untuk pendiidkan selanjutnya. Pendidikan yang diterima anak adalah keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Pendidikan dalam keluarga dipandang sebagai pendidikan pertama dan utama karena peranannya yang begitu besar sebagai peletak pondasi pengembangan-pengembangan berikutnya. Pendidikan yang diberikan orang tua keapda anak mempunyai peran yang sangat besar sekali bagi kehidupan dan masa depan anak. Karena pada dasarnya pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Hal ini mengingat bahwa pada hakikatnya manusia diciptakan Allah berdasarkan fitrahnya.
Keluarga merupakan juga sebagai tempat implementasi pendidikan seumur hidup. Dalam al Qur’an secara eksplisit telah dijelaskan bahwan konsep pendidikan seumur hidup seperti yang digambarkan dalam surat ali imran [3]:79 yang menggambarkan bawha selain pendidikan al qur’an itu bersifat rabbaniy, orang yang melaksanakan pendidikan pun disebut robbaniy pula yang oleh Al quran dijelaskan cirinya antara lain mengajarkan kitab allah, baik yang tertulis atau pun yang tidak tertulis serta mempelajarinya secara terus menerus.
Jangkauan yang harus dipelajari, yang demikian luas dan menyeluruh itu, tidak dapat diraih dengan mudah oleh seseorang. Namun ia harus berusaha semaksimal mungkinuntuk mendapatkan apa yangmampu meraihnya. Karenaya ia dituntut untuk terus menerus belajar. Selanjutnya berkaitan dengan konsep pendidikan seumur hidup dalam perspektif Al Qur’an barangkali dapat dilihat dari beberapa ayat yang menyatakan tentang fase perkembangan anak. Hal ni diperkuat oleh pendapat Having sebagai mana yang dikutif oleh Made pridata 1999:189, yang menyatakan bahwa tugas perkembangan pada dasarnya dipersiapkan untuk pendidikan seumur hidup. Tugas-tugas perkembangan itu meliputi tugas perkembangan masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua. Tugas perkembangan itu harus dijalankan atau diselesaikan setiap individu sepanjang hidupnya.
Konsep pendidikan seumur hidup ini juga dijelaskan oleh hadis. Hadis ini sejalan dengan konsepsi Al quran tentang keharus menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan sepanjang hayat. Ungkatan tersebut sekaligus menunjukkan bawha ide yang terdapat dalam khazanah pemikiran Islam itu mendahului life long education yang dipopulerkan oleh Paul dalam bukunya introduction to life long education. Pendidikan seumur hidup yang dikemukakan ini ternyata tiak hanya terlaksana melalui jalur-jalur formal, tetapi juga informal dan non formal, atau dengan kata lain pendidikan yang berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Keluarga sebagai isntitusi pendidikan pertama bagi anak, dengan orang tua sebagai pendidik utama dan pertama yang bertanggung jawab tehraap pendidikan anaknya yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat. Deng akata lain tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anakn-anaknya tidak hanya sampai anak mencapai usia kedewasaan. Tanggung jawab keluarga teradap pendidikan tidak akan pernah lemas sama sekali walaupun tanggung jawab keluarga terhdap pendidikan anak berangsur-angsur mengecil setelah anak mencapai kematangan dan kedewasaan.
Berdasarkan konsep al qur’an di atas, dalam pendidikan seumur hidup, keluarga harus dapat memperhatikan aspek perkembangan anak terutama masa kanak-kanak. Hal ini mengingat karena masa kanak-kanak merupakan masa terpenting bagi pendidikan anak yang berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya. Karena apa yang ditanamkan pada masa ini akan sanat membekas pada diri anak. Sehingga tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya. Dengan kata lain apa yang
diberikan pada masa kanak-kanak ini, maka itulah yang akan terlihat pada diri anak ketika dewasa nanti.

Anda membutuhkan makalah tentang hal di atas? Emailkan saja ke alamat bilaramadani@gmail.com
e-one 09/ Feb-08 “ Kajian Islam”

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 20 Februari 2008

PERAN ORANG TUA

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK

Peran orang tua dalam keluarga tidak ringan seperti apa yang dihayalkan, begitu berat beban orang tua dalam menjalankan roda keluarga. Beban tersebut harus dipikul bersama kedua orang tua. Yang paling berat bagaiamana nanti dalam mendidik anak.
Anak adalah amanat ilahi. Maka dari itu apa peran orang tua dalam mendidik anak.
1. Pembinaan Akidah
Allah SWT berfiman, dan ingatlah ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka.
Sebagaimana diungkap dalam al Quran surat Al Arof ayat 172 yang artinya :
“Bukanlah aku ini tuhanmu? Mereka menjawab “betul ( Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi (Kami lakukan yang demikianitu) arag dari hari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (abni adam) adalah orang0orang yang lemah terhadap ini (Keesaan Tuhan)”. Atau agar kamu tidak mengatakan; “Sesungguhnya orang tuan orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu? Dan demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat ini agar mereka kembali (kepada kebenaran)
Akidah Islam memiliki enam aspek yaitu keimanan kepada Allah, pada para malikatnya , pada kitab-kitabNya, Iman kepada para rosulnya, pada hari akhir, dominan kepada ketentuan yang telah dikehendakinya. Apakah itu takdir baik atau buruk. Dan seluruh aspek ini merupakan hal yang gaib, kita tidak mampu menangkapnya dengan pancaindera kita.
Hal ini yang tampaknya membingungkan kita bagaimana cara menjelaskannya pada anak. Dengan cara apa kita bisa menanamkan enam aspek keimanan tersebut padanya. Dan bagaimana akan bisa mengekspresikan keimana mereka. Namun apabila kita mencoba mempelajari proses kehidupan Rosululloh Saw.
Dengan segala yang telah beliau ajarkan, kita akanmemperoleh seluruh jawaban sebagai pertanyaan tadi. Kita akanmenemukan lima pola dasar pembinaan akidah seperti membacakan kalimat tahuhid pada anak, menanamkan kecintaanmereka pada Allah, pada Rosululloh Muhammad Swa. Mengajarkan Al-Quran danmenanamkan nili perjuangan serta pengorbanan pada mereka.

2. Pembinaan Ibadah
Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pembinaan akidah. Karena nilai ibadah yang didapat oleh anak akan dapat menambah keyakinan akan kebenaran ajarnya. Atau dalam istilah lain semakin tinggi nilai ibadah yang ia miliki, akan semakin tinggi pula keimanannya. Maka bentuk ibadah yang dilakukan anak bisa dikatakan sebagai cermin atau bukti nyata dari akidahnya
Apabila kita amati lebih dalam lagi arti ibadah di mata seorang manusia, akan kita temukannn bahwa ternyata bentuk pengabdian ini semata-mata merupakan fitrah setiap manusia yang dihadirkan oleh Allah. Ketika seorang hamba menghadapkan dirinya untuk memenuhi panggilan Allah Swt, serta mentaati perintah-Nya.
Oleh karena itu kewajiban orang tua atau pendidik adalah mengarahkan kembali fitrah pengabdian anak pada sang khalik yang telah tertanam sejak ditiupkannya ruh Allah pada ketika dia masih berada di dalam kandungan ibunya. Apabila fitrah tersebut dapat diarahkan dengan benar, anak akan terbentuk dengan memiliki akidah yang kukuh.
Bentuk pengabdian seorang hamba terhadap Tuhannya atau dalam istilah khusus, yaitu ibadah, memiliki pengaruh yang sangat menakjubkan dalam diri anak. Pada saat anak melakukan salah satu ibadah itu, ada dorongan kekuatan yang membuat dia merasa tenang dan tentram.
Terasa adanya ikatan batin antara dia dan sang Pencipta. Ibadah sholat misalnya, akan mendorong anak untuk tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nuraninya. Anak juga akan terlatih untuk bisa menahan dirinya dari nafsu amarah. Dari ibadah puasa, anak akan belajar dan dilatih untuk mengendalikan diri untuk tidak melampiaskan rasa lapar sebelumnya dengan secara rakus. Ketika anak bermunajat kepada Allah, akan dia rasakan pula arti kekhusyukan dalam pengabdiannya. Dan masih banyak lagi rahasia lain dari ibadah seorang hamba pada Tuhannya”

3. Pembinaan Akhlak
Perangai yang memang sudah ada pada masing-masing orang disebut watak. Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa watak adalah sesuatu yang memang sudah ada pada masing-masing orang, sedangkan akhlak adalah peringai atau sikap yang dapat dibina dan diciptakan dalam diri masing-masing pribadi.
Dengan demikian, yang dibutuhkan oleh anak adalah pembinaan akhlak. Dan untuk mewujudkannya tidaklah mudah, karena membutuhkan kerja keras serta kesabaran orang tua selaku pendidik. Dan arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak.

4. Pembinaan Intelektual
Tidak ada dalam sejarah, suatu agama yang menganjurkan anak-anaknya untuk belajar atau menuntut ilmu. Seperti agama Islam dan tidak ada satu ide pemikiran pun yang matang tentang konsep pendidikan anak selain konsep yang telah Allah ajarkan pada Nabi dan Rosulnya dalam agama Islam dan ini sudah diakui dengan negara-negara non Islam.
Agama Islam memiliki peran yang cukup besar dan mengagumkan dalam menyodorkan sebuah konsep pendidikan, baik dalam bidang seni, hukum, politik, ilmu pengetahuan dan lain-lain dan kondisi sperti ini tidak begitu saja lahir dengan sendirinya.
Tidak disadari dengan kemauan keras umat Islam itu sendiri dalam menjalankan agamnya dengan benar dalam hal ini mencari pengetahuan dan mengajari mereka yang mebutuhkannya. Hal ini yang membedakan umat Islam dengan yang lainnya. Dimana kaum laki-laki dan perempuan dengan spontan menyambut ajakan nabi untuk mencari ilmu walaupun sampai ke negari Cina

Anda membutuhkan makalah tentang hal di atas? Emailkan saja ke alamat bilaramadani@gmail.com
e-one 10/ Feb-08 “Kajian islam”

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 12 Februari 2008

PENDIDIKAN DAN ISLAM

Istilah pendidikan dalam konteks Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan term at-tarbiyah, al ta’lim, ar-riyadhoh dan la ta’dib. Setiap term tersebut mempunyai makna yang berbeda, karena perbedaan teks dan konteks kelimatnya, walaupun dalam hal-hal tertentu term-term tersebut mempunyai kesamaan makna. Dalam leksikologi al Qur’an ditentukan istilah at-tarbiyah tetapi dalam istilah yang senada dengan istilah at tarbiyah yaitu ar-rab, nurobi, ribbiyun, rabbani. Sebaliknya dalam hadist nabi digunakan istilah rabbani. Semua fonem tersebut mempunyai konotasi makna yang berbeda.
Apabila al tarbiyah diidentikan dengan ar rabb, para ahli mendifinisikan sebagai berikut.
a.Karim al Bastani, dkk mengartikan ar rabb dengan tuan, pemilik, memperbaiki, perwatan, tambah, mengumpulkan dan memperindah.
b.Ibnu abdillah Muhammad bin Ahmad Al Anshori Al Qurtubi memberikan arti ar rabb dengan pemilik, tuan, yang maha memperbaiki, yang maha pengatur, yang maha menambah, dan yang maha menunaikan.
c.Al jauhari memberikan makna at tarbiyah, rabban dan rabba dengan memelihara dan mengasuh.
Apabila istilah attarbiyah diidentikan dengan bentuk madlinya rabbayani sebagaimana yang tertera dalam surat al Isra (17:24) dan bentuk mudlari’nya nurabbi dalam sura asyu’ara (26:18) at tarbiyah mempunyai arti mengasuh, membesarkan, mempertumbuhkan, memproduksi dan menjinakkan. Hanya saja konteks kalimat dalam surat al Isra lebih luas, mencakup aspek jasmani dan rohani, sedangkan dalam surat asy syuara hanya mencakup aspek jasmani.
Apabila pendidikan dalam konteks Islam diidentikkan dengan al ta’lim makan terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yakni :
a.Muhammad Rasyid Ridho memberikan definisi al ta’lim dengan proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
b.Abdul fatah Jalal memberikan pengertian dengan proses pemberikan pengetahuan, pemahaman, pengertian tanggung jawab dan penanaman amanah, sehingga terjadi tazkiyah atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerinaal hikmah serta mempelajari apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.
c.Muhammad Athiyah al abrasyi memberikan pengertian al ta’lim lebih khusus dibandingkan dengan at tarbiyah, karena al ta’lim hanya merupakan uapay menyiapkan individu dengan mengau pada aspek-aspek tertentu saja, sedangkan at tarbiyah mencakup keseluruhan aspek-aspek pendidikan.
Adapun pendidikan ditinjau dari konteks al ta’adid adalah pengenalan dan pengekuan yang secara berangsur-angur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatnan penciptanaan sedemikian ruapa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan Keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
Sebaliknya terma ar-riyadhoh hanya khusus dipakai oleh imam al gazali, dengan istilah riyadhotusshibyan artinya pelatihan terhadap individu pada fase kanak-kanak. .
Dari urian di atas para ahli pendidikan Islam mencoba mempormulasikan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut.
Menurut Muhammad Fadil al Jamaly, pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemnusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar dan kemampuan ajarannya. Sejalan dengan fadil al jamaly, Syahminan Zaini mendefinisikan pendidikan Islam sebagai usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam , agar terwujud kehidupan mansuia yang makmur dan bahagian. Semakna dengan pendapat di atas Agus basri berpendapat bahwa pendidikan Islam menuju ke arah terwujudnya suatu kepribadian utama yang integral, terpadu dan harmonis secara Islam , sehingga bermafaat bagi diri dan umat.
Adapun yang dimaksud pendidikan Islam menurut hasil konfrensi Dunia pertama tentang pendidikan Islam yang diadakan di Mekah pda tahun 1977, adalah sebagai berikut.
Pendidikann seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbanag dalamkepribadian manusia secara total melalui semangat, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan rasa tubuh. karena itu pendidikan seharusnya memberikan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya secara individual maupun secara kolektif disamping memotivasi semua aspek tersebut ke arah perbaikan dan kesempurrnaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.

Anda membutuhkan makalah tentang hal di atas? Emailkan saja ke alamat bilaramadani@gmail.com
e-one 8/ Feb-08 “Kajian islam”

[+/-] Selengkapnya...

Ada memiliki masalah dengan tugas anda?

Apa salahnya jika anda mencoba peluang ini????....