Selasa, 24 Juni 2008

M G M P ???????

Dalam upaya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi yang berlangsung dengan cepat, maka pendidikan merupakan salah satu sarana informasi serta sarana untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam menanggapi derasnya arus informasi tersebut. Seperti yang diharapkan oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 bahwa:...
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Upaya untuk mencapai tujuan dan fungsi pokok yang tercantum dalam sistem pendidikan nasional itu ditentukan oleh guru. Hal ini disebabkan guru adalah kunci utama dalam proses pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Usman (2000: 7) bahwa:
Guru pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condicio sine quanon yang tidak mungkin diganti oleh komponen mana pun oleh kehidupan bangsa sejak dulu terlebih-lebih pada era kontemporer.
Dalam proses pendidikan, guru berperan sebagai fasilitator pengajaran, mampu mengorganisasi pengajaran secara efektif serta efisien, mampu membangun motivasi siswanya. Guru berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang cerdas, terampil, bermoral serta mempunyai daya sensitivitas tinggi terhadap berbagai persoalan hidup, selalu menjadi pembahasan dalam ruang lingkup pendidikan saat ini. Seperti yang dikemukakan oleh Brubacher (1972:2) bahwa:
Education is the organized development and equipment of all the powers of a human being, moral, intellectual. And physical, by and for their individual and social uses, directed toward the union of these activities with their creator as their final end.
Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusia; moral, intelektual dan jasmani (pancaindera), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya.
Dalam situasi sosial apapun, jabatan guru dinilai oleh masyarakat sebagai pemberi inspirasi, pelatih dalam penguasaan kecakapan tertentu bagi sesama, khususnya bagi para siswa agar mereka mampu mengembangkan dan memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan di masa yang akan datang. Mereka berjuang keras untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang dimilikinya, termasuk dalam menghadapi Ujian Nasional yang semakin naik batas kelulusannya.
Berdasarkan hasil UN SMA tahun 2005/2006 di suatu kebupaten menunjukkan bahwa penguasaan materi pembelajaran untuk Bahasa Inggris masih belum memuaskan mencapai 50.3% di bawah nilai 6.99. Hal ini dapat dijadikan ukuran mutu pembelajaran yang disebabkan oleh kualitas guru dalam proses pembelajaran atau dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat dari hasil UN tersebut dapat dikaji bahwa prestasi belajar siswa tidak memuaskan. Adapun banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut seperti yang dikemukakan oleh Fattah (2003:29) bahwa:
Dari hasil evaluasi diri ditentukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh: (a) kecakapan guru mata pelajaran (yang di UN kan), (b) kualitas guru, (c) kualitas pembelajaran, (d) ketersediaan alternatif pelajaran, dan (e) motivasi belajar siswa.
Seperti halnya upaya peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten telah dilakukan dengan mengikutsertakan guru-guru mengikuti penataran, pelatihan, memberdayakan MGMP. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya perubahan kurikulum, perubahan pada proses pembelajaran di kelas, maka guru sebagai kunci pokok dalam proses pendidikan harus kreatif dan memenuhi wawasan yang luas terhadap materi pelajaran dan strategi pembelajaran, sehingga proses pembelajaran yang terjadi menyenangkan.
Dalam hal teknis didaktis, guru yang bermutu mampu berperan sebagai fasilitator pengajaran, mampu mengorganisasi pengajaran secara efektif dan efisisen, mampu membangun motivasi siswanya. Adanya perubahan paradigma proses pembelajaran ini dari teacher’s centered menjadi students’ centered ini, maka hal ini menuntut kerja keras para guru untuk melayani siswa agar mampu mengembangkan diri dan siap terjun ke masyarakat. Oleh karena itu MGMP ini terorganisir dari mulai tingkat Provinsi sampai ke tingkat sekolah. MGMP ini berperan aktif memfasilitasi para guru mengembangkan kompetensi yang dimilikinya, saling berbagi informasi dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga diharapkan dengan kompetensi guru serta pelayanan yang terbaik dari guru pada siswanya akan meningkatkan kemampuannya. Dengan peningkatan kemampuan tersebut, tentunya kualitas pendidikan pun akan meningkat.
Alasan kegiatan MGMP ini sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan guru yaitu kesatuan peningkatan kemampuan professional guru menuntut adanya wadah untuk berkomunikasi, konsultasi, saling tukar informasi dan koordinasi dengan sesama guru. Kemampuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya penyesuaian dan pengembangan pendidikan di sekolah khususnya dalam alih teknologi. Ketiga, beraneka ragamnya tingkat dan latar belakang pendidikan, maka diperlukan usaha peningkatan kompetensi professional guru dalam hal penguasaan sumber belajar, penguasaan model-model pembelajaran.

Anda membutuhkan makalah tentang hal di atas? Emailkan saja ke alamat bilaramadani@gmail.com
e-one 13/ Juni-08“MGMP”


[+/-] Selengkapnya...

Sabtu, 14 Juni 2008

THINKING SKILLS

JENIS-JENIS KEMAMPUAN BERPIKIR (THINKING SKILLS)

Kemampuan berpikir (thinking skills) merupakan proses mental seseorang. Kemampuan tersebut meliputi: knowledge, dispositions, cognitive dan metacognitive operation (Cotton, K, 1991: 4).
Menurut de Bono (1979), terdapat empat tipe berpikir,yaitu:
1. Berpikir Alamiah (Natural Thinking)
Cara berpikir ini disebut sebagai berpikir sederhana, dangkal, bahkan primitif.
Secara umum berpikir alamiah beralih dari kesan yang satu ke kesan yang lain akibat pengaruh prasangka/tekanan atau cenderung bergerak dari gambaran klise yang satu ke gambaran klise yang lain. Klise ini merupakan pola yang dapat tersusun sebagai unit. Bila suatu saat alur pikiran ini bisa mencapai unit, maka terbentuk lagi pola klise yang sama tanpa variasi, modifikasi dan tanpa pembelokan. Berpikir alamiah menyebabkan timbulnya sifat absolut atau ekstrim. Secara singakat dapat dikatakan bahwa cara ini merupakan cara alamiah dalam berpikir, karena alurnya bersifat langsung atau segera. Dalam hal-hal tertentu berkhayal merupakan karikatur dari berpikir alamiah karena alurnya muncul begitu saja dari permukaan ingatan. Dalam berkhayal persdoalan muncul lebih dulu baru alurnya. Sedangkan dalam berpikir alamiah alur muncul lebih dahulu daripada persoalan. Namun dalam kedua tipe ini, butir-butir persoalan atau pola klise adalah penting daripada alur yang saling berhubungan.
Pada saat melamun mun gkjin saja daerah aktivasi dipilih sesuai dengan relevansi atau hubungan dengan pola operasi internal lainnya, seperti rasa takut. Pada tipe berpikir alamiah, persoalan akan muncul berurutan dalam sauatu urutan yang alamiah, persoalan akan muncul berurutan dalam suatu urutan yang alamiah meskipun meskipun mungkin penekanannya tidak alamiah. Jadi berpikir alamiah merupakan cara beroikir tingkah laku permukaan ingatan dalam menelusuri lekuk-lekuk permukaannya, sifatnya segera dan langsung, tetapi juga tidak luput dari kekeliruan.

2. Berpikir logik.
Berpikir logik menggunakan alur berpikir alamiah, tetapi dikendalikan oleh mekanisme mengenal dan memberikan label tanpa identitas. Terdapat dua pengendalian logik, yaitu:
a. menemukan alat yang sesuai untuk melabel objek non-identitas (istilah lain untuk kesalahan, ketidaksadfaran, atau perbedaan yang dapat dideteksi) dan semua jenis yang bersifat negatif;
b. latihan menggunakan alat untuk mengembangkan kepekaan dalam mengenal situasi.
Tanpa identitas adalah istilah lain untuk kesalahan, ketidakserasian, atau perbedaan yang dapat dideteksi. Ketidakserasian adalah pola aktivasi yang cenderung mencoba dan mengembangkan dua arah alur pada aat yang bersamaan. Berpikir logik memiliki kelebihan dalam mengendalikan dan mengefisienkan/memperhalus alur berpikir alamiah. Unit-unit yang digunakan dalam berpikir logik hampir sama dengan unit yang digunakan dalam berpikir alamiah. Berpikir logik lebih efektif dan lebih tinggi tingakatannya daripada berpikir alamiah.

3. Berpikir Matematik
Matematika berkaitan dengan simbol dan aturan. Segala sesuatu berlangsung sesuai aturan, demikian pula simbol-simbol akan diproses sesuai dengan aturan. Aturan dan teknik matematik telah disusun sebelumnya, sehingga informasi yang masuk harus mengikuti saluran yang telah dirangkai sebelumnya yang disebut algoritma. Suatu algoritma memiliki pola yang sudah mantap yang tidak diturunkan dari informasi yang ada, melainkan ia bertindak untuk mengendalikan informasi yang masuk. Algoritma dapat merupakan teknik matematika, tetapi dapat pula berupa pola kata atau pola lainnya.
Dalam bidang matematika, informasi bertindak sesuai dengan aturan bidang tersebut, sehingga kekeliruan atau keterbatasan pemrosesan informasi dapat dihindarkan. Oleh karena itu cara berpikir matematika sangat efektif dalam pemrosesan informasi. Sistem matematik lebih banyak diperalat oleh metoda kreatif ketimbang metoda analitik. Sebelum berpikir matematik dapat digunakan, ada unit awal di mana informasi harus dipilih dan kemudian diterjemahkan menjadi simbol-simbol. Keterbatasan berpikir matematik adalah kesulitan dalam menentukan unit awal, sehingga dapatlah dipahami mengapa cara berpikir ini kurang berhasil bila diterapkan pada manusia, dan hanya berhasil bila diterapkan pada benda.

4. Berpikir Lateral
Berpikir lateral berkenaan dengan pengisian atau konpensasi kekurangan yang ada pada ingatan sebagai alat pemroses informasi. Berpikir lateral merupakan suatu proses generatif yang merangkaikan informasi dari lingkungan. Cara berpikir lateral disebut proses generatif karena tidak mengganggu sampai lingkungan mengubah pola yang ada, tetapi mencari berbagai cara agar informasi dapat masuk bersama-sama. Jika salah satu cara itu ternyata berguna maka akan dipilih melalui proses seleksi. Untuk menimbulkan dampak generatif dari berpikir lateral dapat dilakukan dua cara berikut.
a. meniadakan, mengendalikan atau menunda proses-proses selektif dalam permukaan ingatan itu sendiri, dan juga meniadakan proses berpikir selektif;
b. melakukan rangkaian yang disengaja dan mengajarkan informasi yang mungkin tidak pernah terjadi.
Tujuan dari kedua proses ini adalah memungkinkan informasi itu terangkai dengan sendirinya dalam pola yang baru dan lebih baik seperti yang terjadi dalam insight.
Bloom, B (Cotton, K., 1991: 4), memberikan kategori berpikir dari konkret ke abstrak adalah pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher-order skill).
Cotton, K (1991: 4), kemampuan berpikir tediri dari dua kelompok, yaitu:
(1) creative thinking, memiliki karakteristik sebagai berikut: fluency (generating many ideas), flexibility (shifting perspective easily), oraginality (conceiving of something new), dan elaboration (building on other ideas).
(2) critical thinking (disebut juga logical thinking dan analytical thinking). Berpikir kritis ini penting untuk mengetahui keauntentikan, ketepatan dan nilai sesuatu. Critical thinking memiliki karakteristik berikut: (a) adanya kemampuan untuk memberikan berbagai alasan dan alternatif, tanggap/peka terhadap berbagai situasi dan perubahan berbagai pandangan.

Anda membutuhkan makalah tentang hal di atas? Emailkan saja ke alamat bilaramadani@gmail.com
e-one 14/08 Juni-08 “berfikir”


[+/-] Selengkapnya...

Ada memiliki masalah dengan tugas anda?

Apa salahnya jika anda mencoba peluang ini????....